KAMMI Untuk Jambi
OLEH SONY GUSTI ANASTA
Musyawarah Daerah Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Jambi telah selesai dilaksanakan
tanggal 25 November 2017, musyawarah kemudian mengamanahkan Saudara Andri
Hermana sebagai Ketua KAMMI Wilayah Jambi, dan Indra Jaya sebagai Ketua KAMMI
Daerah Jambi, keduanya akan merumput dan berkarya selama 2 tahun ke depan untuk
mengembangkan KAMMI sebagai wadah sekaligus wajah perjuangan kerakyatan kemahasiswaan
dalam rangka ikut berkontribusi untuk menjayakan Indonesia 2045.
Sebagai organisasi kemahasiswaan
islam muda yang berdiri di tahun-tahun awal reformasi, KAMMI telah menghadapai
beragam halangan dan rintangan dari berbagai sisi, baik itu internal maupun
eksternal. Masalah dan tawaran konsep pengembangan pun datang silih berganti,
begitu pula dengan dinamikanya. Sebagai organisasi modern sudah sepatutya KAMMI
juga memproduksi regulasi, mekanisme kerja, kader dan kultur manajemen
organisasi secara modern yang adaptif, demokratis megikuti zaman. Adaptasi
menjadi sebuah keniscayaan bagi KAMMI dalam mengepakkan sayap keorganisasiannya,
oleh sebab itu eksklusifitas yang selama ini menyandera kebanyakan kader KAMMI
terutama di Jambi mesti segera dikikis. KAMMI kedepannya mesti tampil sebagai
organisasi mahasiswa supel, yang memiliki sensitifitas tinggi terhadap
perubahan dan pembangunan di berbagai sisi, mengedepankan demokrasi dan
kemanusiaan, serta menjadi role model terhadap gaya kepemimpinan secara
nasional.
Pemimpin Esensial
Tak dinyanya, lebih dari 15 tahun
berdiri, KAMMI berhasil memproduksi kader-kadar terbaik di seluruh Indonesia, baik
itu sebagai pimpinan kampus, pegiat dan pendiri berbagai macam gerakan dan
organisasi sosial, pimpinan partai politik, entrepreneur di berbagai sektor, serta
pimpinan dan calon pimpinan pada organisasi pemerintahan. KAMMI menjadi salah
satu oase di tengah hiruk pikuk keumatan dan ke-Indonesiaan yang haus akan
kepemimpinan yang berintegritas, berkompeten, inovatif, komunikatif, dan beretika. Hal itu terjadi
karena KAMMI menjadikan Alquran dan Sunah sebagai mata air dari pengejawantahan
nilai-nilai dalam pembentukan dan pegembangan organisasi, dan menjadikan Nabi Muhammad
SAW sebagai The Main Inspire Actor yang menjadi tolok ukur dalam bersikap, berkehidupan
berbangsa dan dalam peningkatan kapasitas kesalehan tiap diri pribadi kader.
Sebagaimana pemimpin terdahulu
yang hidup dan mengabdikan diri untuk kemajuan peradaban bangsa, KAMMI Jambi
kedepannya juga harus mampu melahirkan tunas-tunas pimpinan esesial. Pemimpin esensial
meminjam istilah Herry Tjahjono, Terapis Budaya Perusahaan adalah lawan dari
pemimpin sensasional yang tindak-tanduknya kerap berlandaskan kepentingan
sesaat, mementingkan citra atau bungkus luar, feriferal, hanya peduli pada
personal dan kelompoknya saja. Pemimpin sensasional menjadikan kekuasaan
sebagai tujuan utama perjuangan, tidak perduli apakah ia mampu atau tidak,
berkompetensi atau tidak, atau apakah kebijakannya sesuai dengan aspirasi dan
menguntungkan masyarakat atau justru malah memperkaya dan mengangkat kelompok
sendiri.
Berbeda dengan pemimpin esensial,
yang lebih mementingkan esensi, isi, inti, sejati. Pemimpin esensial percaya
bahwa untuk menjadi pemimpin, bungkus, citra adalah urusan belakang, yang terpenting adalah
kompetensi, integritas dan nilai-nilai baik yang ada di dalam diri. Ia akan
menyiapkan diri, melakukan penghayatan nilai dan pemantasan diri berbasis
standar-standar kepemimpinan yang berlaku si sebuah sistem sosial kemasyarakatan.
Sebagaimana yang pernah disebutkan
oleh Victor Frankl; kekuasaan (yang
selama ini menjadi tujuan pemimpin sensasional) merupakan konsekuensi logis
dari upaya seseorang untuk menjadi pemimpin esensial. Kekuasaan bukan
menjadi tujuan, melainkan sarana untuk menjadi pemimpin esensial. Jika KAMMI
pada hari ini mampu melahirkan pemimpin-pemimpin esensial (yang bernuansakan
nilai-nilai kemanusiaan, keumatan, dan kebangsaan) maka kekuasaan dan segenap
kenikmatan hidup akan datang dengan sendirinya.
Isu Kerakyatan dan Perjuangan Kelas
Kemudian yang harus menjadi
perhatian KAMMI Jambi ke depannya adalah bagaimana membangun dan melembagakan
pergerakan baik di tingkat nasional maupun daerah dengan mereduksi anasir
perjuangan identitas, dan menggantinya menjadi perjuangan kelas yang mengangkat
isu-isu kerakyatan. KAMMI Jambi kedepannya mesti mempertimbangkan peralihan
titik fokus pada perjuangan agama secara sempit menjadi perjuangan agama secara
komprehensif, seperti menaruh perhatian terhadap isu seperti penggusuran,
penyerobotan lahan oleh korporasi, oligarki, kemiskinan, ketenagakerjaan,
pengelolaan sumber daya alam, korupsi, dan ketimpangan penguasaan tanah yang
turut melanggengkan kemiskinan di desa-desa. Bukan berarti KAMMI Jambi harus
mengeleminasi isu-isu identitas keagamaan seperti rohingya, palestina, dan
pemimpin muslim, namun lebih kepada meletakkan perspektif agama islam sebagai
rahmat sebagian alam yang baik secara konsep dan pelaksanaan bernilai
komprehensif, dan menyentuh segala persoalan mendasar di republik ini. Sehingga
pada sepuluh hingga dua puluh tahun ke depan, seluruh lapisan masyarakat
Jambi-Indonesia mendapatkan manfaat substantif dari pengarusutamaan isu-isu
kerakyatan yang pernah digiring oleh KAMMI. Kemudian KAMMI Jambi juga harus
menjadi jembatan kebangsaan dalam menyambung tali komunikasi dengan gerakan
mahasiswa lain, ormas dan bahkan institusi pemerintahan dalam rangka untuk
membangun kekuatan massa berbasis masyarakat sipil sebagai watchdog dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, hal ini
tentu saja menjadi wacana implemetatif dari kredo gerakan KAMMI sebagai salah
satu gerakan ekstraparlementer di Indonesia.
Merawat Kebhinekaan
KAMMI Jambi pada akhirnya juga
harus mengambil tempat bersama NU, Muhammadiyah, serta organisasi masyarakat
sipil lainnya untuk merawat kebhinekaan, termasuk turut serta mengcounter isu-isu yang mengancam
pancasila dan demokrasi yang telah berada dalam suatu tenun kebangsaan. Merawat
kebhinekaan kemudian dapat diwujudkan dengan menciptakan suasana pegkaderan
yang ramah akan perbedaan, merangsang inovasi dan kreatifitas para anggotanya.
KAMMI Jambi jika ada, mesti meghentikan segala bentuk pemutusan nalar para
kader-kadernya dalam bentuk pembatasan berfikir, berekspresi, berbicara dan
berpendapat, pemilihan buku-buku yang
layak dan tidak layak untuk di baca, mereduksi hak kader untuk melakukan
eksplorasi terhadap ilmu dan berbagai macam pemikiran di dunia, termasuk
upayanya yang berupaya untuk memperbaiki struktur dan kultur organisasi. Pada
intinya KAMMI Jambi harus fleksibel, terbuka, dan tidak alergi terhadap
kemajemukan. KAMMI Jambi mesti independen, dan terbebas dari segala moderasi
senior baik yang terjadi secara organik-mekanik, maupun yang secara struktural
direncanakan oleh jaringan yang berada di dalam tubuh pemerintahan, ormas, dan
partai politik.
Pada gilirannya KAMMI akan
mendapatkan marwahnya sebagai organisasi modern yang mampu memproduksi
pemimpin-pemimpinan esensial di masa depan, serta upayanya dalam turut serta
merawat kebhinekaan, melakukan konsolidasi masyarakat sipil untuk mengadvokasi
isu-isu kerakyatan yang selama ini kerap dikerjakan oleh organisasi kiri, yang pada
akhirnya juga akan memberikan kontribusi kepada masyarakat Jambi pada khusunya,
dan Indonesia pada umunya.
Akhir kata, selamat mengabdi
untuk Andri Hermana dan Indra Jaya selama dua tahun ke depan, semoga amanah
dalam menjalankan tugas keumatan dan tugas kebangsaan yang mulia ini.
Allahuakbar!
*Penulis Merupakan Pegiat pada Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSKH) KAMMI
*Penulis Merupakan Pegiat pada Pusat Studi Hukum dan Kebijakan (PSKH) KAMMI