Sabtu, 09 Juli 2016

Griezmann Bukan Superhero



Usai menggulung Jerman 2 gol tanpa balas, si anak manis dari Prancis berjoget ria sembari memainkan kedua tangannya menyerupai gagang telepon. Memang Griezmann terlalu kecil dan terlalu kurus untuk menjadi bomber semenakutkan Ronaldo, apalagi menjadi mahadewa selayaknya Ibrahimovic di Swedia. Saat selebrasi, coba lihat ia menari, lihat wajahnya, lebih mirip anak SMA saat mendengar kelulusan EBTANAS.


Jadi terlalu berlebihan menyamakan Griezmann dengan Superman, Spiderman, Batman, Ironman, atau man-man yang lain. Jelas secara postur, Griez tereleminasi untuk menyelamatkan dunia, ia bukan super hero dan tidak dianugrahi kekuatan super. Orang-orang boleh senang melihat superman menyelamatkan puluhan penumpang pesawat yang akan jatuh di Orlando, atau para gadis boleh menggelinjang saat Tony Stark menanggalkan kostum Ironmannya, namun tak ada yang akan suka kala misalnya Griezmann menyelamatkan seisi kota dari manuver alien ganas. Tidak cocok. Griezman terlahir sebagai seorang anak manis yang senang berjoget saat mencetak gol. Ayunan lengan dan kakinya bahkan lebih menghibur dari 2 golnya sendiri. Meski tidak sebesar dan sekuat superhero, tapi tarian si anak manis terbukti mempercundangi  neuer dan Jerman di stade velodrom, Marseille kemarin.


Final di ujung mata. Jelas, kans Prancis untuk menyabet trophy euro yang ketigakali lebih lebar dari Portugal. Selain mendapat dukungan penuh karena bermain di tanah sendiri, secara materi pemain Prancis jauh di atas Portugal. Pogba saat ini menjadi representatif menara Eiffel di lapangan. Posturnya besar dan hitam tidak hanya mengagumkan, namun juga menakutkan. Kemampuannya dalam mendistribusikan bola ke lini depan sungguh sangat ciamik. Payet juga berada dalam performa terbaik, walau kerap bermain di pinggir lapangan, beberapa kali ia mendapat predikat man of the match. Pergerakannya yang sungguh liar dan 3 gol yang dibukukannya selama turnamen seakan ingin menunjukkan bahwa pemain hebat yang bermarkas di london bukan saja yang bermain untuk Arsenal, Chelsea, dan Totenham.


Jika ingat piala dunia 2006 di Berlin, Portugal harus rela menelan pil pahit saat Zidane botak berhasil mengecoh ricardo perreira lewat eksekusi di titik putih. Entah karena jam terbang Zidane yang sangat tinggi, atau karena sinar ultraviolet yang terpancar dari kepala botaknya, gol tersebut seakan-akan tidak hanya membawa Prancis ke final piala dunia, lebih dari itu, gol tersebut dengan sukses mengubur Portugal selama 6 tahun dari manisnya rasa laga semifinal di laga internasional. Memang pasca itu, Ronaldo dkk mengganas, namun tetap saja asanya mengangkat trophy laga internaional kerap kandas oleh tim besar seperti Jerman, paling banyak Spanyol.


Final euro 2016 bisa jadi ajang pembalasan dendam Ronaldo atas Prancis setelah terakhir bertemu 2006. Namun, ternyata final kali besok juga ajang pembalasan si anak manis Antonie Griezmann setelah ia dan Atletico Madrid terpukul lumpuh oleh Real Madrid dalam maha final liga champion bulan mei lalu. Kemenangan Prancis atas Portugal bisa jadi tidak hanya dirayakan masyarakat Prancis, akan tetapi juga fans Atletico Madrid di seantero dunia. Pasalnya ikonik final euro 2016 terlanjur tersemat pada ajang balas dendam antara Griezmann dan Ronaldo, atau Portugal ke Prancis. Namun terlalu sempit akal jika senang mengaitkan sepakbola dengan ajang balas dendam. Sepakbola terlalu suci dari niatan buruk pembalasan dendam. Sepakbola diciptakan untuk menghadirkan kebahagiaan, baik kepada penonton atau pemain itu sendiri, bukan ajang hebat-hebatan lebih lagi balas dendam.


Bagi Griezmann sepakbola bukan soal mengalahkan Portugal dan membuat malu Ronaldo dan kawan-kawan. Anak manis tidak boleh jadi pendendam, Griezman harus merdeka dari anasir negatif yang justru mengeliminasi hakikat sepakbola itu sendiri, lihat saja bagaimana platini bermain, lihat sportifitas kaka, atau senyum abadi Ronaldinho di lapangan hijau, mereka bermain dengan bahagia, oleh karenanya permainan mereka impresif, berkembang, mengagumkan dan bebas dari tekanan psikologis. Griezman tidak akan menjadi superhero yang akan mengalahkan musuhnya, Portugal yang jahat. Karena dalam sepakbola semua berteman, pertandingan bertujuan melahirkan kebahagiaan. Menang adalah perwujudan dari tingkat kebahagiaan. Semakin bahagia dirimu, semakin besar potensi untuk menang.


Akhirnya Ronaldo pun akan sangat bersahabat, ia tentu sudah lupa bagaimana Prancis menggilas Portugal 10 tahun lalu, Griezman juga seharusnya tidak mengingat bagaimana menelan pahitnya pil kekalahan 2 kali dalam final liga champion. Untuk itu tidak ada yang menjadi superhero dan penjahat dalam sepakbola, final euro 2016 adalah puncak pesta kebahagiaan, bukan duel tegang penuh emosi, karena sepakbola mengajarkan kebahagiaan bukan pembalasan dendam apalagi membasmi kejahatan.


Meski Griezman bukanlah superhero, akan tetapi Griezman telah menjadi pahlawan sekaligus penghibur dihati penggemar, walau fisiknya mungil, tapi Griez kecil punya lari dan pergerakan yang lincah, lihat saja gol solonya ke gawang real Madrid saat giornada semi-akhir di La Liga tahun ini. Namun yang terpenting dari seorang striker adalah Griezman punya naluri mencetak gol sangat tinggi, kuat. Ia tau kapan harus mengoper atau menembak ke gawang, ia tahu harus berdiri di sisi mana, seakan paranormal, Griez kecil, pintar menebak kemana bola akan mengarah, atau sebenarnya bola sendiri yang senang menghampiri si anak manis. Kalau mau membandingkan, pergerakan Griezmann agak sedikit mirip Ronaldo lima di brazil, Klose di Jerman, dan Inzaghi di Italia. Itulah yang membuatnya selalu ditunggu. 


Stade de France senin dinihari akan menjadi saksikunci kegemilangan Griezmann dan Prancis, namun bukan berarti Ronaldo dkk tidak bisa tampil lebih impresif, Ronaldo mungkin saja mencuri trophy Euro 2016 dari Pogba dan teman-teman. Tak ada yang mustahil dalam sepakbola, apalagi menjelang final, Portugal tampil makin menyolid, Ronaldo makin matang sebagai seorang pemimpin, lihat saja saat ia memotivasi Moutinho ketika adu penalti melawan Polandia.


Akhirnya baik Griezmann maupun Ronaldo sama-sama memiliki kans untuk menjadi euro2016. Namun jika hakikat sepakbola adalah kebahagiaan, dan harapan kita adalah hiburan yang menyenangkan, mari sama-sama berharap agar di final nanti, Griez kecil menari dengan cantik sambil memainkan kedua tangannya menyerupai gagang telepon. Menyenangkan!




Sony Anasta

Penggemar Sepakbola